Pagi masih berembun, mentari sepertinya belum bangun. Dua rakaat kau tunai, lantas siap untuk berangkat. Bergegas tuk laksanakan tugas, sapu di kanan, pengki di kiri, terucap basmallah segera jalankan amanah.
Penyapu jalan, berseragam kuning, bertebaran di atas trotoar jalan. Bersihkan yang kotor, ambil sampah agar kota menjadi indah.
Penyapu jalan adalah pahlawan, pahlawan adipura bagi kotanya. Bersemangat di bawah terik, tak menyerah pada lelah.
Sejenak berleha, waktu istirahat telah tiba. Di seberang sana, rumah makan itu sesak oleh karyawan kantoran, tapi, hanya air dari botol kemasan yang mengalir sebagai penambah tenaga usir dahaga.
Penyapu jalan, berjalan susuri keramaian, ambil sampah demi rupiah, buat orang di rumah.
Penyapu jalan, berseragam kuning, bertebaran di atas trotoar jalan. Bersihkan yang kotor, ambil sampah agar kota menjadi indah.
Penyapu jalan adalah pahlawan, pahlawan adipura bagi kotanya. Bersemangat di bawah terik, tak menyerah pada lelah.
Sejenak berleha, waktu istirahat telah tiba. Di seberang sana, rumah makan itu sesak oleh karyawan kantoran, tapi, hanya air dari botol kemasan yang mengalir sebagai penambah tenaga usir dahaga.
Penyapu jalan, berjalan susuri keramaian, ambil sampah demi rupiah, buat orang di rumah.
Kaum, 27/03/09/15.oo pm
Dunia Anak Dunia Ketawa, Kata Siapa?
•April 13, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarDUNIA anak adalah dunia ketawa, dunia suka, dunia merangkai cerita. Karena memang seharusnya begitulah adanya. Namun nyatanya, tidak semua bisa merasakannya, bagi sebagian anak di sudut kota sana, masa kanak saatnya untuk (terpaksa) bekerja,
membantu ayah peroleh rupiah,
mengais sampah, berburu paku, berkubang dengan limbah.
Memungut botol sisa air kemasan, mengemis iba memohon belas kasihan di perempatan.
Tak pernah menyerah dan mencoba untuk tabah, karena takut kena marah orang di rumah.
Mereka bekerja, sedang apa orang tuanya, mereka mengiba sedekah, sang ayah baru bangun dari mimpi indah, mereka menjual suara, ibunda tercinta asyik berbagi cerita telenovela dengan tetangga.
Anak-anak mentari …
Setiap hari harus berkubang peluh bermandikan keringat bau daki. Berjalan menyusuri trotoar, menyisir gang, terjun ke kali, memburu truk sampah semoga ada rupiah di sana.
Anak-anak rembulan…
Tak pernah tertidur lelap karena esok harus sudah bangun saat pagi masih gelap.
Pabuaran, 27/03/09/15.00 pm
Antara Kondom dan Jalan Dago
•April 1, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarJalan Ir H. Djuanda yang lebih dikenal dengan sebutan Jalan Dago adalah salah satu tempat yang selalu ramai dipadati orang-orang yang ingin menghabiskan akhir pekannya di kota kembang Bandung. Sepintas jalan ini tidak lebih dari jalan-jalan diseputaran Bandung lainnya, malah ada dan banyak jalan yang lebih bagus dan lebih lebar dari Dago, namun rupanya Dago ini punya daya tarik tersendiri; sebuah eksotisme. [baca selanjutnya]
Life is a Struggle or …
•Maret 17, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarJUDUL di atas kalau dilanjutkan kira-kira begini kalimatnya : life is a struggle or absolutally nothing …. arti bebasnya kurang lebih adalah : hidup adalah perjuangan atau tidak sama sekali.
Begitu kira-kira kata Rhenald Kasali atau Gede Prma. Benar memang, hidup adalah sebuah perjuangan…. tanpa berjuang hidup bukanlah apa-apa, nothing, zero, nol besar …. dan tak punya nilai …..
Hidup adalah perjuangan samalah arti dengan hidup adalah supermarket. Lho, kok bisa! yah bisa saja …. hidup adalah perjuangan adalah harga mati, belanja di supermarket pun harga mati, tidak ada tawar menawar … kalau berani menawar di supermarket, ke laut aje ….
Berani hidup, berani berjuang, berani berjuang, berani berkorban, berani berkorban, berani kehilangan ….
Hidup adalah penantian untuk sebuah kehilangan. Jika begitu adanya, buat apa meratapi kehilangan, kalau ternyata kehilangan adalah sebuah penantian ……
Tapi, apa harus cuma bengong begitu saja di pagi hari sambil ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok batangan yang ngutang dari warung teman ….. karena pikirnya, buat apa berjuang kalau toh yang diperjuangan nantinya juga akan hilang ….. Orang yang berfikir kerdil tentu berpandangan seperti itu.
Hey bung …. hidup ini sebuah kefanaan, dan setiap kepanaan akan hilang, Tuhan tidak akan memandang hasil, namun akan menilai proses untuk mencapai hasil tersebut …..
Lagipula Tuhan takkan pernah sudi memberikan kesuksesan kepada seseorang kalau orang itu tak pernah mau menggapainya, memimpikannya pun belum pernah.
Begitu kira-kira kata Rhenald Kasali atau Gede Prma. Benar memang, hidup adalah sebuah perjuangan…. tanpa berjuang hidup bukanlah apa-apa, nothing, zero, nol besar …. dan tak punya nilai …..
Hidup adalah perjuangan samalah arti dengan hidup adalah supermarket. Lho, kok bisa! yah bisa saja …. hidup adalah perjuangan adalah harga mati, belanja di supermarket pun harga mati, tidak ada tawar menawar … kalau berani menawar di supermarket, ke laut aje ….
Berani hidup, berani berjuang, berani berjuang, berani berkorban, berani berkorban, berani kehilangan ….
Hidup adalah penantian untuk sebuah kehilangan. Jika begitu adanya, buat apa meratapi kehilangan, kalau ternyata kehilangan adalah sebuah penantian ……
Tapi, apa harus cuma bengong begitu saja di pagi hari sambil ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok batangan yang ngutang dari warung teman ….. karena pikirnya, buat apa berjuang kalau toh yang diperjuangan nantinya juga akan hilang ….. Orang yang berfikir kerdil tentu berpandangan seperti itu.
Hey bung …. hidup ini sebuah kefanaan, dan setiap kepanaan akan hilang, Tuhan tidak akan memandang hasil, namun akan menilai proses untuk mencapai hasil tersebut …..
Lagipula Tuhan takkan pernah sudi memberikan kesuksesan kepada seseorang kalau orang itu tak pernah mau menggapainya, memimpikannya pun belum pernah.
firman taqur
Cikidang-Mar’09
Pada Sampah Ada Rupiah
•Maret 17, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarBAGI sebagian orang, sampah ya sampah, menjijikkan, bau, stinky, bahkan kerap diidentikkan dengan sumpah serapah, “dasar sampah lu,” begitu katanya. Sampah memang identik dengan sesuatu yang berkonotasi negatif dan stigma tidak indah.
Padahal, kalau menilik menelisik asal muasalnya, sampah ternyata berasal dari sesuatu yang “indah”. Namun, kenapa orang tak pernah memandang asalnya? Orang lebih memandang wujud setelahnya. Hmm, itulah manusia, tak pernah mau menghargai hakekat saat hakekat tersebut tak lagi bernilai manfaat.
Eits …. tunggu dulu …. siapa bilang tidak bernilai manfaat. Bagi segelintir orang sampah memanglah sampah, tapi tidak bagi sebagian orang-orang yang “kreatif”. Sampah justru dapat mendatangkan rupiah. Sampah, bagi orang-orang yang “kreatif” itu akan diolah dan dipilah untuk selanjutnya dijelmakan ke dalam rupiah.
Orang-orang kreatif tersebut –atau tepatnya orang-orang yang dipaksa untuk kreatif karena keadaan– menyulap sampah sebagai ladang penghasilan, mereka berkubang sampah untuk mendapatkan rupiah, lantas rupiah itu selanjutnya akan dibelikan rempah dan remah yang nantinya kembali akan menjadi SAMPAH ……
Nah, kalau begitu adanya, hidup tak ubahnya sebuah siklusiasi sampah, dari sampah oleh sampah dan untuk sampah, ah seperti moto para caleg sekarang saja …..
Padahal, kalau menilik menelisik asal muasalnya, sampah ternyata berasal dari sesuatu yang “indah”. Namun, kenapa orang tak pernah memandang asalnya? Orang lebih memandang wujud setelahnya. Hmm, itulah manusia, tak pernah mau menghargai hakekat saat hakekat tersebut tak lagi bernilai manfaat.
Eits …. tunggu dulu …. siapa bilang tidak bernilai manfaat. Bagi segelintir orang sampah memanglah sampah, tapi tidak bagi sebagian orang-orang yang “kreatif”. Sampah justru dapat mendatangkan rupiah. Sampah, bagi orang-orang yang “kreatif” itu akan diolah dan dipilah untuk selanjutnya dijelmakan ke dalam rupiah.
Orang-orang kreatif tersebut –atau tepatnya orang-orang yang dipaksa untuk kreatif karena keadaan– menyulap sampah sebagai ladang penghasilan, mereka berkubang sampah untuk mendapatkan rupiah, lantas rupiah itu selanjutnya akan dibelikan rempah dan remah yang nantinya kembali akan menjadi SAMPAH ……
Nah, kalau begitu adanya, hidup tak ubahnya sebuah siklusiasi sampah, dari sampah oleh sampah dan untuk sampah, ah seperti moto para caleg sekarang saja …..
firman taqur
fotos by : sahel
Cikidang-Maret’09
Indahnya Kepolosan Itu
•Februari 14, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarINDAH mungkin jika di dunia ini hanya dihuni oleh anak-anak, karena mereka tidak punya dendam, tak ada iri tak ada dengki, damai, mereka hidup damai dalam binkai kepolosan.
Dunia mungkin tak butuh perang, tak perlu saling menghancurkan. Dunia mungkin tak perlu uang yang kerap menjadi sumber pertentangan dan perpecahan.
Hidup mengalir seperti air, mengikuti arah apa yang ia ngin, anak tak pernah mengenal persaingan, yang ia ingin dalam hidupnya hanyalah punya banyak teman agar ia bisa leluasa bermain dan berekspresi
Ia tidak mau punya musuh, karena ia sungguh benci permusuhan, permusuhan hanya membuat gerak hidupnya terasa sempit menghimpit, dunianya seakan mengecil, ia hidup seperti di dalam kotak musik, yang terdengar hanya irama monoton, padahal di luar sana, irama dunia begitu beraneka dan syahdu dirasa.
Karenanya, ia tidak kuat untuk berlama-lama bermusuhan, ia akan bersaalaman dan kembali bermain bersama jika terjadi sedikit selisih di antara mereka.
Sungguh, dunia butuh anak-anak, agar dunia tak lebih berasa neraka.
Dunia mungkin tak butuh perang, tak perlu saling menghancurkan. Dunia mungkin tak perlu uang yang kerap menjadi sumber pertentangan dan perpecahan.
Hidup mengalir seperti air, mengikuti arah apa yang ia ngin, anak tak pernah mengenal persaingan, yang ia ingin dalam hidupnya hanyalah punya banyak teman agar ia bisa leluasa bermain dan berekspresi
Ia tidak mau punya musuh, karena ia sungguh benci permusuhan, permusuhan hanya membuat gerak hidupnya terasa sempit menghimpit, dunianya seakan mengecil, ia hidup seperti di dalam kotak musik, yang terdengar hanya irama monoton, padahal di luar sana, irama dunia begitu beraneka dan syahdu dirasa.
Karenanya, ia tidak kuat untuk berlama-lama bermusuhan, ia akan bersaalaman dan kembali bermain bersama jika terjadi sedikit selisih di antara mereka.
Sungguh, dunia butuh anak-anak, agar dunia tak lebih berasa neraka.
Dunia butuh kepolosannya untuk menyelesaikan setiap persoalan yang mudah namun terkadang dibuat susah.
[fotos by : firman taqur medio 2005-2008]
Chapter VI
•Februari 3, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarKatanya
Katanya bunga simbol rindu
Maka aku petikan untukmu satu
Katanya coklat lambang sayang
Dan aku belikan kamu sebatang
Katanya basa wujud perhatian
Lalu aku persembahkan bait puisi kesetiaan
Tapi kenapa kamu tetap diam !
Pab_Cianjur
20 Januari 2004
18.02 pm
___________________
Lanjutkan membaca ‘Chapter VI’
Katanya bunga simbol rindu
Maka aku petikan untukmu satu
Katanya coklat lambang sayang
Dan aku belikan kamu sebatang
Katanya basa wujud perhatian
Lalu aku persembahkan bait puisi kesetiaan
Tapi kenapa kamu tetap diam !
Pab_Cianjur
20 Januari 2004
18.02 pm
___________________
Lanjutkan membaca ‘Chapter VI’
Chapter V
•Februari 3, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarPudar
Pada bening air dibelanga
Seraut wajah tampak rupawan tak bernoda
Mata itu berbinar sorot tajam
Menghujam, luluhkan kerasnya hati
Senyuman itu sejukkan bara angkara
Bangkitkan ambisi coba wujudkan keinginan
Pada bening air laksana kaca
Seraut wajah itu tak lagi tampak rupawan
Karna air mata jatuh mengundang riak
Pab_Cianjur
29 Januari 2004
11.42 am
Lanjutkan membaca ‘Chapter V’
Pada bening air dibelanga
Seraut wajah tampak rupawan tak bernoda
Mata itu berbinar sorot tajam
Menghujam, luluhkan kerasnya hati
Senyuman itu sejukkan bara angkara
Bangkitkan ambisi coba wujudkan keinginan
Pada bening air laksana kaca
Seraut wajah itu tak lagi tampak rupawan
Karna air mata jatuh mengundang riak
Pab_Cianjur
29 Januari 2004
11.42 am
Lanjutkan membaca ‘Chapter V’
Chapter IV
•Februari 3, 2009 • Tinggalkan sebuah KomentarTerpesona
Saat mata itu menghujam jiwa
Ada secercah kesejukan di sana
Binar yang memancar redupkan hasrat tuk menggoda
Hanya kekaguman yang mengalur dalam basa
Duhai pesona …
Indahmu itu anugerah sang pencipta
Bolehkah diri memilikinya
Pab_Cianjur
12 Agustus 2004
21.45 pm
Lanjutkan membaca ‘Chapter IV’
Saat mata itu menghujam jiwa
Ada secercah kesejukan di sana
Binar yang memancar redupkan hasrat tuk menggoda
Hanya kekaguman yang mengalur dalam basa
Duhai pesona …
Indahmu itu anugerah sang pencipta
Bolehkah diri memilikinya
Pab_Cianjur
12 Agustus 2004
21.45 pm
Lanjutkan membaca ‘Chapter IV’
Chapter III
•Februari 3, 2009 • Tinggalkan sebuah Komentar BundaBunda,
Sembilan bulan aku dikandungmu
Dengan belaian sayang tak kenal waktu
Kau beri daku kasih curahan cinta
Membimbingku menggapai asa
Bunda,
Cinta yang kau semai sepanjang masa
Membentuk jiwa yang kian dewasa
Pengorbananmu tiada hingga
Tak terukur kilau emas permata
0 komentar:
Posting Komentar